Rabu, 02 Maret 2011

Kisah hidup Santo Fransiskus Asisi


Fransiskus lahir sekitar tahun 1181 atau 1182 di Asisi, Italia. Fransiskus muda hidup dalam kekayaan, kemewahan dan pesta pora. Fransiskus ingin menjadi seorang ksatria. Ksatria merupakan simbol dan status terpandang dalam masyarakat yang diperoleh berkat kemenangan di medan pertempuran. Tetapi ia ditangkap dan dipenjara di Perugia selama satu tahun. Dia ditebus oleh ayanya dan kembali ke Asisi dalam keadaan sakit dan patah semangat.
Karena itu, dia senang pergi menyepi di tempat-tempat sunyi. Suatu hari, tengah ia berlutut berdoa di depan salib itu, Fransiskus mendengar suara yang keluar dari bibir Yesus yang Tersalib, “Fransiskus, pergi dan perbaikilah GerejaKu yang kau lihat hampir roboh ini.”
Awalnya, Fransiskus memahami Gereja sebagai bangunan fisik. Maka mulailah Fransiskus membangun Gereja dengan menghayati Injil secara radikal dalam hidupnya.
Suatu hari ketika sedang menunggang kuda, Fransiskus berpapasan dengan seorang kusta. Tetapi hari itu, ia melakukan hal yang luar biasa. Ia mendekati orang kusta itu, kemudian ia turun dari kuda dan memeluk serta mencium si kusta.
Beberapa tahun kemudian, ketika dalam keadaan sekarat, Fransiskus mengingat kembali peristiwa yang sangat menentukan hidupnya ini. Akan tetapi Tuhan sendiri menghantar aku ke tengah mereka dan aku merawat mereka penuh kasihan. Pada tahun 1209, Fransiskus bersama dengan kesebelas temannya berjalan ke Roma untuk bertemu dengan Paus Innocentius III. Di hadapan Paus, Fransiskus memaparkan Aturan Hidup bagi dirinya dan saudara-saudaranya. Karena itu, ia mengabaikan permohonan tersebut. Pengemis itu tak lain adalah Fransiskus. Akhirnya, secara lesan Bapa Suci merestui Aturan Hidup Fransiskus dan para saudaranya.
Cara hidup Fransiskus ini memukau banyak orang. Pada tahun 1212, untuk pertama kalinya seorang perempuan datang dan bergabung dengan Fransiskus. Selanjutnya, ada ratusan bahkan ribuan orang, laki-laki dan perempuan, menikah dan bujang/perawan, yang ingin mengikuti Fransiskus. Untuk mereka ini, Fransiskus menuliskan sebuah cara hidup sederhana yang kemudian dikenal sebagai Ordo Ketiga St. Fransiskus.


Tak disangka-sangka, Fransiskus dan Illuminatio diterima dengan ramah-tamah oleh sultan. Walaupun sultan tidak mau menerima pendamaian dan iman Kristen, keberanian dan kelembutan Fransiskus telah menimbulkan simpati dalam hati Sultan Melek. Cara yang satu ialah: tidak menimbulkan perselisihan dan pertengkaran, tetapi hendaklah mereka tunduk kepada setiap mahkluk insani karena Allah dan mengaku bahwa mereka adalah orang Kristen. Cara yang lain ialah: mewartakan firman Allah bila hal itu mereka anggap berkenan kepada Allah, supaya orang percaya akan Allah Yang Mahakuasa, Bapa dan Putra dan Roh Kudus, Pencipta segala sesuatu, dan akan Putra, Penebus dan Penyelamat, dan supaya dibabtis dan menjadi Kristen…


Pada tahun 1224, Fransiskus merayakan Natal di Grecio. Ia ingin mendramakan kelahiran Yesus dan ingin melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana kanak-kanak Yesus berbaring dalam palungan beralaskan jerami di tengah-tengah keledai dan lembu. Fransiskus dan saudara-saudaranya mengumpulkan orang-orang sederhana dari desa-desa sekitar Grecio. Malam itu, orang datang berkerumun dengan riang gembira, membawa lilin dan obor. Namun, ketika dihampiri dan digendong Fransiskus, kanak-kanak itu nampaknya hidup dan bangun dari tidurnya. Semua orang yang hadir tergerak hatinya dan mencucurkan air mata sewaktu menyaksikan semua itu.
Sejak malam natal yang menakjubkan itu, semua orang Kristen senantiasa merayakan natal, merayakan kelahiran Kristus dengan membuat kandang tempat kelahiran Yesus di rumah mereka masing-masing dan di gereja.
Penglihatan itu menyebabkan kaki, tangan dan lambung Fransiskus menampakkan luka-luka Yesus yang tersalib. Fransiskus merasakan sakit sekali, namun penuh kegembiraan dan kemanisan.
Setelah turun dari gunung, Fransiskus menyembunyikan luka-luka itu, meskipun terasa sakit dan berdarah. Hanya sedikit orang yang mengetahui keadaan Fransiskus itu. Yang Mahaluhur, Mahakuasa, Tuhan yang baik, milikMulah pujaan, kemuliaan dan hormat dan segala pujian.
Dia indah dan bercahaya dengan sinar cahaya yang cemerlang; tentang Engkau, Yang Mahaluhur, dia menjadi lambang.
Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Bulan dan bintang-bintang, di cakrawala Kaupasang mereka, gemerlapan, megah dan indah.
Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Angin, dan karena udara dan kabut, karena langit yang cerah dan segala cuaca, dengannya Engkau menopang hidup mahkluk ciptaanMu.
Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena Saudari Api, dengannya Engkau menerangi malam; dia indah dan cerah ceria, kuat dan perkasa.
Ketika Asisi terancam perpecahan akibat orang-orang saling iri dan saling membenci, Fransiskus menambahkan satu bait untuk perdamaian dalam madahnya ini. Ia mengutus saudara-saudaranya untuk menyanyikan bait ini di depan kelompok-kelompok yang bertikai. Setelah mereka mendengarkan bait ini, mereka saling memaafkan dan berdamai kembali dengan saling berpeluk-pelukan. Terpujilah Engkau, Tuhanku, karena mereka yang mengampuni demi kasihMu, dan yang menanggung sakit dan duka derita.
Berbahagialah mereka yang menanggungnya dengan tenteram, karena olehMu, Yang Mahaluhur, mereka akan dimahkotai.
Celakalah mereka yang mati dengan dosa berat; berbahagialah mereka yang didapatinya setia pada kehendakMu yang suci, karena mereka takkan ditimpa maut kedua.
Pujalah dan pujilah Tuhanku, bersyukurlah dan mengabdilah kepadaNya dengan merendahkan diri serendah-rendahnya.

Ketika Fransiskus merasa ajalnya mendekat, ia memanggil semua saudara yang hadir di Portiuncula. Memang itulah yang selalu dikehendaki Fransiskus: menjadi hamba dan pelayan semua orang. Kemudian, Fransiskus menyuruh para saudara menanggalkan pakian yang dipakai Fransiskus dan dalam keadaaan telanjang ia diletakkan di tanah, sama seperti Yesus telanjang, miskin secara total bergantung di salib yang keras. 4 Oktober 1226, Fransiskus dikuburkan di Gereja San Giorgio di Asisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar